Selasa, 08 Juni 2010

Rabu, 02 Juni 2010

Terima kasih untuk para pembaca blog saya
by Ricky Alannuari, S.PdI »

“Man lam yasykur al-nas, lam yasykur al-Lah“, barang siapa tak berterima kasih kepada manusia, ia sama saja tak berterima kasih pada Tuhan. Demikian bunyi sebuah hadis terkenal yang kerap kita dengar dari mulut para kiai, ustaz, khatib, dan da’i. Tradisi mengucapkan terima kasih kepada orang lain yang berbuat baik kepada kita, kurang begitu tertanam kuat dalam praktek sehari-hari masyarakat Indonesia. Ketika seorang pelayan restoran menghidangkan makanan ke meja pelanggan, misalnya, jarang saya melihat orang-orang mengucapkan “terima kasih” kepada pelayan itu.

Pengalaman yang amat menarik saya jumpai waktu saya pergi ke luar negeri untuk pertama kali sekitar 2 tahun yang lalu. Saat itu saya berkunjung ke Australia, tepatnya ke kota Melbourne. Pemandangan yang mengesankan dan terus saya ingat hingga sekarang adalah saat saya naik bus kota. Setiap seorang penumpang turun, dia tak lupa mengucapkan kata “thank you” kepada sopir. Kalau penumpang turun dari pintu belakang, dia akan teriak keras “thank you” kepada si sopir. Saya terhenyak melihat pemandangan itu.

Mungkin ucapan “terima kasih” kelihatan sepele. Tetapi, saya membayangkan, seorang sopir bus yang mendapat ucapan terima kasih dari penumpang, akan merasa mendapat apresiasi atas pekerjaannya. Di mata saya, ini adalah pelaksanaan hadis di atas. Itulah akhlak Islam yang saya temukan di Australia, tetapi tidak saya temukan di Indonesia, terutama di Tanjung Pura, kota yang berpenduduk mayoritas Muslim.

Melalui surat ini, saya hendak mengucapkan terima kasih kepada semua pembaca yang telah menyediakan waktu untuk melongok dan membaca artikel-artikel dalam blog saya. Bagi seorang penulis, tidak ada kebahagiaan yang lebih besar daripada ketika tulisannya dibaca oleh publik. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan secara khusus kepada pembaca yang telah bersedia menorehkan komentar untuk tulisan saya. Apapun wujud komentar itu, entah ejekan, cemoohan, kritik, atau dukungan, adalah masukan yang sangat baik dan berarti buat saya. Komentar itu, di mata saya, menandakan bahwa pembaca peduli pada masalah yang saya diskusikan.

Ada sejumlah hal yang ingin saya katakan berkaitan dengan komentar-komentar yang masuk.

Pertama,
Saya menghargai perbedaan pendapat, tetapi saya ingin perbedaan diselenggarakan dengan cara yang beradab. Umat Islam sudah selayaknya belajar berbeda pendapat, walau sekeras apapun, dengan cara yang terhormat dan sesuai dengan standar tata-krama yang normal. Memaki-memaki dan memakai cara yang kotor bukanlah cara diskusi yang baik.

Kedua, ada sebagian pembaca yang menganggap bahwa komentar yang saya muat di blog hanya komentar yang mendukung gagasan saya. Ini jelas tidak benar. Saya tak keberatan memuat komentar yang kritis, bahkan nyinyir, pada saya. Anda bisa lihat sendiri komentar-komentar yang saya tampilkan: tak seluruhnya komentar yang “manis” terhadap tulisan saya, bahkan sebagian besar berseberangan dengan dan “keras” sekali dalam menanggapi pendapat saya.

Ketiga, saya memohon maaf karena tak bisa memberikan jabawan balik atas komentar yang masuk. Bahkan, sangat jarang sekali saya memberikan respon balik. Ada banyak alasan kenapa saya tidak memberikan jawaban. Ada kalanya saya melihat komentar yang masuk memang tak layak ditanggapi, karena isinya tak serius. Adakalanya, karena isinya hanya mendukung saja apa yang sudah saya katakan. Ada kalanya, karena isinya memberikan pandangan penyeimbang terhadap perspektif yang saya pakai, sehingga saya tak perlu menanggapi balik; biarlah pembaca yang menilai sendiri. Ada kalanya, saya memang tak sanggup menjawab balik. Dalam keadaan seperti ini, biarlah orang lain yang mampu membantu saya memberikan jawaban. Saya bukanlah manusia “super” yang bisa menjawab semua pertanyaan. Bahkan Imam Malik ibn Anas, pendiri mazhab Maliki yang terkenal itu, saat ditanya mengenai banyak hal, kerap menjawab, “la adri“, saya tak tahu.

Ada kalanya pembaca mengirim komentar yang terlalu panjang, kadang malah lebih panjang dari artikel saya sendiri dan ia kutip dari artikel yang ditulis oleh orang lain. Komentar semacam ini terpaksa saya hapus. Kalau hendak memberikan komentar atau kritik yang komprehensif dan panjang, silahkan menulis di blog anda sendiri lalu buatlah link ke blog saya, sehingga pengunjung yang membaca artikel saya bisa membaca tanggapan itu.

Tetapi, jujur saja, alasan yang jauh lebih relevan dalam banyak kasus adalah karena saya tak mempunyai cukup waktu untuk menulis komentar balik. Saya hanya konsentrasi untuk menulis “tesis” tertentu. Kalau ada orang lain yang mengajukan “kontra-tesis”, tentu saya senang sekali. Saya tak harus selalu menjawab kontra-tesis itu. Biarlah pembaca yang akan menilai sendiri. Yang penting bagi saya adalah pembaca mendapatkan perspektif yang beragam mengenai suatu soal dalam Islam: ada perspektif liberal-kritis seperti saya kemukakan, ada perspektif konvensional yang selama ini sudah beredar dalam masyarakat. Tak semua perbedaan harus diselesaikan secara tuntas sekarang juga. Masing-masing orang bisa menyortir perspektif yang ada dan menentukan jawabannya sendiri.

Masyarakat yang sehat adalah masyarakat di mana di sana terdapat akses yang seimbang kepada berbagai ragam perspektif dalam suatu soal. Yang tidak sehat adalah jika ada suatu kelompok tertentu yang merasa “benar sendiri”, self-righteous, lalu menyesatkan pendapat lain, dan bahkan ingin memberangus pendapat itu. Yang tak sehat adalah jika dalam suatu masyarakat keragaman hendak disingkirkan jauh-jauh, sementara yang boleh berkeliaran dengan bebas hanyalah satu perspektif saja yang dianggap “lurus” dan benar.

Saat saya mengajukan pendapat dan mengkritik suatu perspektif tertentu, itu bukan berarti saya ingin memberangus perspektif itu. Setiap pendapat bisa dikritik dan dikritik balik. Menghormati pendapat lain bukan berarti menghentikan diskusi dan kritik sama sekali. Saya menghormati hak semua pihak untuk berpendapat, termasuk pihak-pihak yang berlawanan dengan saya. Saya akan membela hak mereka untuk berpendapat jika sekiranya, suatu waktu, hak itu diancam oleh negara untuk diberangus dengan alasan-alasan yang bertentangan dengan hukum dan UU yang berlaku. Tetapi pendapat pihak lain itu juga bisa saya kritik.

Saat saya mengkritik suatu pendapat, bukan berarti saya berada pada pihak yang pasti atau paling benar. Berdasarkan informasi dan argumen tertentu, saya berpandangan bahwa perspektif yang saya pakai adalah benar, tetapi saya tak menutup diri pada kebenaran lain. Inilah yang disebut dengan sikap “ironis”, artinya kita mengajukan suatu kleim tertentu yang kita anggap benar tetapi seraya membuka kemungkinan bahwa kleim tersebut bisa saja tak benar. Sikap “ironis” ini sudah dikemukakan oleh banyak tokoh mazhab di masa lampau. Konon Imam Syafii, pendiri mazhab Syafii yang luas diikuti di Indonesia, berkata, “Pendapatku benar tetapi mungkin salah, sementara pendapat lawan diskusiku salah tetapi mungkin benar” (ra’yuna shawabun yahtamil al-khatha’, wa ra’yu khashmina khatha’un yahtamil al-shawab).

Sebagaimana pembaca lihat sendiri dalam seluruh artikel yang saya tulis di blog, saya tak pernah memojokkan pihak lain yang berbeda pandangan dengan saya sebagai kafir atau sesat. Paling jauh saya hanya menilainya salah atau kurang tepat. Tetapi menganggap pihak tertentu dalam Islam sebagai kafir, murtad, dan sesat, di mata saya, sama sekali kurang sehat dan hanya akan mengotori iklim diskusi di dalam tubuh umat.

Sekali lagi, saya ucapkan terima kasih kepada semua pembaca yang telah meluangkan waktu untuk berkunjung ke blog saya. Terima kasih sekali lagi kepada mereka yang memberikan komentar.

Jazakum al-Lahu khairan katsira.

Ricky Âlannuari

Sabtu, 01 Mei 2010

Hikmah “Lucu YA” [*]


Lucu YA… uang 20.000-an kelihatan begitu besar bila dibawa kekotak amal mesjid, tetapi begitu kecil bila kita bawa ke supermarket.

Lucu YA… betapa lamanya 2 jam berada di mesjid, tetapi betapa cepatnya 2 jam berlalu saat menikmati pemutaran film di bioskop.

Lucu YA…susah merangkai kata untuk memohon saat berdoa atau salat, tetapi betapa mudahnya cari bahan obrolan bila ketemu teman.

Lucu YA… 45 menit terlalu lama untuk berzikir, tetapi betapa pendeknya waktu itu untuk pertandingan sepak bola.

Lucu YA… betapa serunya perpanjangan waktu di pertandingan bola favorit kita, tetapi betapa bosannya bila imam salat tarawih bulan ramadhan kelamaan bacaannya.

Lucu YA…susah banget baca Al Quran 1 juz saja, tetapi Koran/ novel best seller 100 halaman pun habis di lahap.

Lucu YA… orang-orang berebut paling depan untuk nonton bola, konser, kibot. Tetapi berebut cari saf paling belakang bila ceramah agar bisa cepat keluar.

Lucu YA… susahnya orang mengajak partisipasi untuk dakwah, tetapi mudahnya orang berpartisipasi menyebar gossip.

Lucu YA… kita begitu percaya pada yang dikatakan Koran, tetapi kita sering mempertanyakan apa yang dikatakan Al Quran.

[*] Pesan ini disampaikan :
Syekh Ricky Al Annuari

Man propose God (Allah) disposes
Manusia berikhtiar Allah yang menentukan

Don’t take the example of another as an exuse for your wrong- doing
Jangan mengambil teladan orang lain sebagai alasan untuk membenarkan tindakan Anda yang salah

Every hurried action brings forth forth regret & every regret however small it may be, will hurt the heart.
Setiap tindakan yang tergesa-gesa menimbulkan penyesalan & setiap penyesalan sekecil apapun akan menyedihkan hati.

Jumat, 09 April 2010

ACKNOWLEDGEMENT


In the name of Allah, Most gracious, Most Merciful. Thank to Allah who has given me mercy, ability blessing until I can finish this thesis. Shalawat and salam to great prophet Muhammad SAW, peace be upon him who had bought us from the darkness to the lightness.
I would give special thanks very much to the following person who had given me many suggests and advices until I can finish this thesis.

1) My Beloved Parents, Mr. Riswat Rakhta and Mrs. Syakdiah Nasution and my beloved brothers, Renra Rukmana, Radinal Anhar and my sister, Rabitah Maulida, thank you very much for providing me with financial and spiritual supports to finish S-1 Program. Even thought you are far from me but you always stay in my heart. I dedicate this thesis to all of you. This is my family’s ambition in this life. I had proved we could do it.
2) My sweetheart for best support me, believe or not you’re the one of my motivators to graduate my study quickly and I will pass away my life without your shadow. I hope we will reach our happiness.
3) Mr. Didik Santoso, as my first advisor, for his valuable, suggestion, criticisms, ideas, also correcting for writing and completing this thesis better.
4) Mrs. Hj. Tien Rafida, as my second advisor, for her kidness, attention and ideas for writing and completing this thesis.
5) Mr. Irwan Nasution, Dean of Tarbiyah Faculty, State Institute for Islamic Studies North Sumatera Medan, the staffs, the lectures, especially those who have educated and taught me, so I am be able to finish my study.
6) Mr. Syahrum, the Chief of English Education Department.
7) Mrs. Nursalimi as the Principle of MTsN 2 Medan.
8) Mrs. Nita Ariani as the English Teacher of MTsN 2 Medan who has allowed me to carry out this research at the school and also the ninth classes students at MTsN 2 Medan 2009-2010, who helped me to do the research.
9) Thanks to my fighting friends in PBI, for your spirit to do the best, and your motivation when I am down. I am realize that “we born to fight”. I hope and pray we will get our dreams someday.
10) All of my friends in Asrama Univ. A. Hamzah. Nice to meet all of you.

The aim at finishing this thesis as a partial of fulfillment S-1 degree. I realize that I am only human whose many mistakes and witness. I will be very happy if someone gives critics and suggestion for this research. May Allah always bless and mercy us.


Medan, October 16th, 2009
The writer


Ricky Alannuari, S.Pd.I















PERSEMBAHAN


Belajarlah olehmu akan ilmu, sebab mempelajari ilmu akan memberikan rasa takut kepada ridho, menuntutnya merupakan ibadah, mengulangnya merupakan tasbih, membahsanya merupakan ijtihad, mengajarkannya kepada orang yang belum mengetahui merupakan sedekah jari’ah dan menyerahkan kepada ahlinya merupakan pendekatan diri kepada Allah SWT.
(H.R. Ibnu Abdul)


Puji dan syukur
Kalimat pertama yang terucap
Disaat jerih payah telah kulalui
Disaat asa telah kuraih
Dan gelar Sarjana Pendidikan Islam telah kusandang
Ayah , Ibu ...
Dengan do’a aku melangkah
Dengan restumu aku perjuangkan amanatmu
Do’amu adalah kekuatan untukku
Restumu adalah perjuanganku
Ibu, dengan lentik jarimu
Kau belai Aku
Ayah dengan tetes keringatmu
Kau buat Aku menjadi orang yang berfikir
Terima kasih Ayahanda dan Ibunda
Kini keringatmu telah berhasil Aku wujudkan
Dalam uraian kata demi kata
Yang menjelma dalam karya tulis

Dengan segenap rasa cinta, syukur dan hormat ananda persembahkan Karya Tulis ini untuk orang-orang yang kusayang dan berarti dalam hidupku :
Ayahanda : Riswat Rakhta, S.Pd
Ibunda : Sakdiah Nasution
Adinda : Renra Rukmana
Radinal Anhar
Rabitah Maulida.

Salam Kasih Ananda
My love for You all


Ricky Alannuari, S.Pd.I


BIOGRAPHY


Name : Ricky Alannuari
Student Number : 34.05.23860
Place / Date of Birth : Tanjung Pura, 16 Oktober 1987
Sex : M a l e
Religion : I s l a m
Nationally / Ethnicity : Indonesia / Malaynese
Marital status : Single
Father’s Name : Riswat Rakhta, S.Pd
Mother’s Name : Syakdiah Nasution
Current Academic Status : Student of English Department of Tarbiyah Faculty
State Institute for Islamic Studies North Sumatera –
Medan.
Address : Jln. Williem Iskandar Psr V Medan Estate Kompleks Univ. Amir Hamzah No.06

Educational Background :
1. Primary School at SDN 050726 Tanjung Pura, Langkat
2. Junior High School at MTs N Tanjung Pura, Langkat
3. Senior High School at MAN 2 Tanjung Pura, Langkat
4. Student of English Department of Tarbiyah Faculty
State Institute for Islamic Studies North Sumatera – Medan

Mesjid Azizi, Bukti Kejayaan Kesultanan Melayu Langkat









Mesjid Azizi,
Bukti Kejayaan Kesultanan Langkat






Berdiri kokoh di atas lahan seluas 18.000 meter persegi dengan sebuah arsitektur yang menakjubkan, membuat Mesjid Azizi cukup menjadi bukti sejarah akan kejayaan kesultanan Langkat pada masa ia didirikan. Mesjid kebanggaan masyarakat Langkat ini dibangun pada masa pemerintahan Sultan Langkat ke-7, Sultan Abdul Aziz Djalil Rachmat Syah (1897-1927), dan diresmikan pada 12 Rabiulawal 1320 Hijriah atau tepatnya 13 Juni 1902.

Pembangunan mesjid ini memakan biaya sekitar 200.000 ringgit dengan rentang waktu pengerjaan selama 18 bulan. Biaya yang tidak sedikit ini tentunya menjadi bukti akan kemakmuran Kesultanan Langkat yang memiliki perkebunan karet luas serta tambang minyak yang kaya raya pada masa itu.

Nilai historis mesjid Azizi ini dilengkapi dengan adanya makam keluarga kesultanan pada bagian kanan halaman mesjid. Makam-makam tua ini menjadi saksi eksistensi kesultanan Langkat pada masanya. Yang lebih menandaskan bukti itu adalah keberadaan makam Tengku Amir Hamzah, seorang pujangga angkatan Pujangga Baru yang telah menelurkan beberapa karya legendarisnya seperti Buah Rindu dan Nyanyi Sunyi. Pada makamnya juga terukir syair yang digubahnya.